Bab I

<

p id=”header” style=”position:fixed;top:0;width:768px;z-index:8;border-bottom:5px solid rgb(102,102,102);background-color:rgb(0,0,0);background-repeat:repeat;height:45px;margin-right:0;margin-bottom:0;margin-left:0;padding:0;color:rgb(255,255,255);font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:20.25px;”>

<

p id=”headbox” style=”text-align:center;margin-right:0;margin-bottom:0;margin-left:0;padding-top:8px;height:40px;”>

TERJEMAH WASHOYA

<

p id=”single” style=”padding:55px 5px 5px;color:rgb(255,255,255);font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:20.25px;”>

<

p id=”isi” style=”padding:5px;background-color:rgb(241,241,241);border:1px solid rgb(204,204,204);margin-right:0;margin-bottom:3px;margin-left:0;”>

<

p align=”center” style=”padding-left:4px;padding-right:4px;color:rgb(0,0,0);”>

Pelajaran 1


NASIHAT GURU KEPADA MURIDNYA

Wahai anakku, semoga Allah memberimu petunjuk dan pertolongan untuk selalu beramal sholih. Sesungguhnya bagiku engkau ibarat seorang anak yang berada di sisi ayah yang dicintainya.  Aku akan bahagia dirimu berbadan sehat, berpendirian kuat, suci hati, berakhlak mulia, menjaga adab, menjauhi perkataan tercela, lemah lembut dalam bergaul, menyayangi sesama, menolong fakir, belas kasih terhadap yang lemah, pemaaf, tidak meninggalkan sholat, dan tidak menunda-nunda waktu untuk beribadah kepada Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Penguasamu. 
Wahai anakku, seandainya engkau mau menerima nasihat dari seseorang, maka akulah orang yang pantas untuk kau terima nasihatnya. Aku adalah gurumu, pendidikmu yang membantu memelihara jiwamu. Engkau tidak akan mendapat seorangpun yang telah mengharapkan kebaikan darimu sesudah orang tuamu kecuali aku (gurumu). 
Wahai anakku, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi nasihat yang patut nutuk dipercaya. Karena itu, terimalah dengan ikhlas segala nasihatku, dan amalkanlah dalam hidupmu serta dalam pergaulan dengan teman-temanmu. 
Wahai anakku, bila engkau tidak mengamalkan segala nasihatku dalam kesendirianmu, maka engkau tidak akan dapat mengamalkannya di kala bergaul dengan teman-temanmu. 
Wahai anakku, bila engkau tidak menuruti nasihatku, siapakah yg akan engkau ikuti?, apakah artinya engkau memaksa dirimu untuk duduk dihadapanku?! 
Wahai anakku, sesungguhnya seorang guru menyayangi anak didiknya yang taat dan sholih, sukakah engkau bila guru yang telah mendidikmu tidak rela dan tidak mengharap suatu kebaikan atas dirimu? 
Wahai anakku, sesungguhnya aku sangat mengharapkanmu agar selalu beramal shalih. Karena itu bantulah aku menyampaikan kebaikan itu kepadamu dengan cara kamu mentaati dan melaksanakan akhlak karimah yang kuperintahkan kepadamu. 
Wahai anakku, akhlak yg paling baik adalah hiasan bagi insan, baik bagi dirinya dalam bergaul dengan teman, keluarga dan sanak-saudaranya. Karena itu, jadilah engkau seorang yang memiliki akhlaqul karimah, tentu setiap orang akan memuliakan dan menyayangimu. 
Wahai anakku, bila engkau tidak menghiasi ilmu  dengan akhlaq yang mulia, maka ilmu itu  akan lebih membahayakanmu dari pada kebodohanmu. Karena orang yang bodoh dimaafkan karena kebodohannya dan tiada maaf bagi seorang yang alim (pandai) dihadapan manusia bila tidak menghiasi diri dengan akhlaq yang baik. 
Wahai anakku, jangan engkau hanya menanti saran dan kritik dariku, sesugguhnya mawas diri itu lebih utama dan lebih besar manfaatnya. 
Wahai anakku, Rasulullah saw. pernah  bersabda: “Sesungguhnya Allah mensucikan agama ini (Islam) karena diri-Nya. Tidak akan suci agamamu kecuali dengan sifat dermawan dan baik budi pekerti. Hiasilah agamamu dengan keduanya.”(HR. Ath-Thabrani dari Imran bin Husain. Imam As-Suyuthi menyatakan bahwa hadits ini dha’if).

Tinggalkan komentar